Selasa, 05 Januari 2010

Orientasi gerakan pada larva lalat rumah

Sebagian besar insekta tanggap terhadap respon cahaya. Ada yang memberikan respon positif dan adapula yang memberikan respon negatif. Pada sebagian insekta cahaya hanya memberikan dorongan untuk melakukan suatu gerakan sedangkan pada sebagian lain cahaya juga mempengaruhi orientasi gerakannya. Gerakan yang berorientasi pada suatu sumber stimulus disebut dengan taksis. Sedangkan respon yang diberikan oleh hewan yang hanya memiliki reseptor tunggal (misalnya larva lalat rumah) disebut klinotaksis. Klinotaksis dibagi menjadi dua yaitu klinotaksis positif dan klinotaksis negatif. Klinotaksis positif merupakan respon yang mendekati stimulus, sedangkan klinotaksis negatif merupakan respon yang menjauhi stimulus (Anonim, 2005).
Reseptor cahanya tunggal pada larva lalat rumah berada pada bagian atas dan agak ke belakang dari mulut. Reseptor ini merupakan sekumpulan kecil sel peka terhadap cahaya (Barnett, 1981 dalam Susilowati, dkk., 1999). Sebagian dari mata tersebut terdapat perisai yang melindungi mata dari cahaya. Perisai ini terletak pada bagian belakang mata dan jika terkena cahaya akan menimbulkan bayang-bayang yang diterima oleh sel-sel yang sensitive terhadap cahaya. Agar bayang-bayang jatuhnya tepat, maka dikoreksi oleh gerakan larva tersebut.
Menurut Koptal (1980) dalam Susilowati, dkk. (1999) reseptor tersebut berbentuk konus dan berfungsi sebagai alat sensorik yang disebut sebagai “optic tubercle” (mata sederhana).
Dilakukan percobaan pada larva yang diberi tiga perlakuan berbeda yaitu cahaya yang arah datangnya miring, dari dua arah dan yang arah datangnya tegak lurus. Dari ketiga perlakuan diatas, hamper seluruh respon yang diperlihatkan larva adalah bergerak menjauhi sumber cahaya. Hal ini dapat terjadi karena cahaya memiliki suhu yang tinggi sedangkan larva tidak tahan dengan suhu tinggi dan yang paling penting mata sederhana larva hanya peka terhadap cahaya yang lemah. Pada intensitas cahaya yang tinggi, kepekaan mata akan menurun sehingga larva akan cenderung untuk bergerak menuju intensitas cahaya yang lebih lemah. Dengan kata lain, respon yang diberikan oleh larva yang berupa gerakan berpindah tempat menjauhi sumber cahaya disebut fotoklinotaksis negatif. Sebelum meninggalkan sumber cahaya, larva menlehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Hal ini merupakan cara larva untuk mengetahui intensitas cahaya di sampingnya sehingga larva dapat menentukan kemana arah perginya.
Cara larva berbalik arah dari cahaya yang datang dari satu arah, maka larva akan menoleh ke arah yang berlawanan dari arah tersebut kemudian berjalan dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan arah cahaya. Pada perlakuan cahaya yang datang dari dua arah, larva bergerak lurus menjauhi titik potong cahaya. Pada saat salah satu lampu dimatikan, larva berbelok menjauhi sumber cahaya yang masih menyala. Pada perlakuan cahaya tegak, larva menoleh ke kanan kemudian lampu dinyalakan, dan saat menoleh ke kiri lampu dimatikan. Larva memberi respon dengan bergerak ke kiri. Hal ini terjadi karena cahaya jatuh pada mata larva yang terdiri dari sekelompok sel yang peka terhadap cahaya. Saat cahaya mengenai mata maka akan terbentuk bayang-bayang yang akan diterima oleh sel sensitive. Agar bayang-bayang jatuhnya tepat maka dikoreksi oleh gerakan larva tersebut. Mata larva bersifat peka terhadap cahaya lemah dan kepekaannya berkurang pada cahaya yang kuat dan menghasilkan panas yang lebih tinggi sedangkan larva tidak tahan panas. Akibatnya larva cenderung untuk memiih intensitas cahaya yang rendah untuk orientasi gerakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan larva antara lain adalah intensitas cahaya dan suhu.

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2005. Taksis. (Online), (http://www.pengetahuan_alam.com, diakses tanggal 18 Desember 2009).

Susilowati, dkk. 1999. Petunjuk Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang: FMIPA UM.

Kastawi, Yusuf, dkk. 2000. Zoologi Avertebrata. Malang: JICA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar